1. APA SIH NU ITU………..?
- NU adalah Singkatan dari Nahdlatul Ulama.
- NU adalah organisasi keagamaan sekaligus organisasi kemasyarakatan terbesar dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia, mempunyai makna penting dan ikut menentukan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, NU lahir dan berkembang dengan corak dan kulturnya sendiri. Sebagai organisasi berwatak keagamaan Ahlussunnah Wal Jama'ah, maka NU menampilkan sikap akomodatif terhadap berbagai madzhab keagamaan yang ada di sekitarnya. NU tidak pernah berfikir menyatukan apalagi menghilangkan mazdhab-mazdhab keagamaan yang ada. Dan sebagai organisasi kemasyarakatan, NU menampilkan sikap toleransi terhadap nilai-nilai lokal. NU berakulturasi dan berinteraksi positif dengan tradisi dan budaya masyarakat lokal. Dengan demikian NU memiliki wawasan multikultural, dalam arti kebijakan sosialnya bukan melindungi tradisi atau budaya setempat, tetapi mengakui manifestasi tradisi dan budaya setempat yang memiliki hak hidup di Republik Indonesia tercinta ini. Sikap ini sesuai dengan inti faham keislaman NU yang sejalan dengan hadis Nabi Muhammad SAW : Al-hikmatu dlaallatul mu'min, fahaitsu wajadaha fahuwa ahaqqu biha. Hikmah atau nilai-nilai positif untuk umat Islam, darimanapun asalnya ambillah karena itu miliknya umat Islam. Proses akulturasi tersebut telah menampilkan wajah Islam yang berkeindonesiaan, wajah yang ramah terhadap nilai budaya lokal dan terbuka dengan nilai-nilai universal yang positif. NU juga menghargai perbedaan agama, tradisi, dan kepercayaan, yang merupakan yang merupakan warisan budaya Nusantara. Sikap yang demikian inilah yang memudahkan NU diterima di semua lapisan masyarakat di seluruh kepulauan Nusantara. (Lihat di buku hasil-hasil muktamar NU, Pidato Rais Aam PBNU KH. A.M. Sahal Mahfudz Pada Pembukan Muktamar ke-32).
- Dalam faham keagamaan, NU menganut Ahlussunnah Waljama'ah, sebuah pola nalar dalam Islam yang merujuk kepada al-qr'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, serta Sunnah al-khulafa' ar-Rasyidun. Cara berfikir semacam itu dirujuk dari Ulama terdahulu, seperti Abu Hasan Al- Asyari dan Abu Mansur Al-maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fiqih mengikuti empat madzhab: Hanafi, Maliki, Syafi'I, dan Hambali. Sementara dalam bidang tasawuf, NU mengembangkan metode Al-Ghozali dan Junaidi Al- Bagdadi, yang menginterasikan antara tasawuf dengan syariat.
- Dalam bermasyarakat, NU mempunyai empat sikap kemasyarakatan, yang pertama: Tawasuth dan I'tidal. Tawasuth, yaitu sikap moderat yang berpijak pada prinsip menempatkan diri di tengah-tengah antara dua ujung tatharruf (ekstremisme) dalam berbagai masalah dan keadaan, untuk mencapai kebenaran serta keterlanjuran ke kiri atau ke kanan secara berlebihan. I'tidal berarti tegak lurus, berlaku adil, tidak berpihak kecuali kepada yang benar dan yang harus dibela. Kedua: Tasamuh, yaitu sikap toleran yang berintikan penghargaan terhadap perbedaan pandangan dan kemajemukan identitas budaya masyarakat. Ketiga: Tawazun, sikap seimbang dalam berkhidmat demi terciptanya keserasian hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Keempat: Amar ma'ruf nahi munkar, yaitu dua sendi yang mutlak diperlukan untuk menopang tata kehidupan yang diridloi Allah. Amar ma'ruf artinya mengajak dan mendorong perbuatan baik, baik yang bermanfaat bagi kehidupan duniawi dan ukhrowi. Sedangkan nahi munkar artinya menolak dan mencegah segala hal yang dapat merugikan, merusak, merendahkan dan menjerumuskan nilai-nilai kehidupan. Hanya dengan melaksanakan dua gerakan ini (amar ma'ruf dan nahi munkar) kehidupan lahiriyah dan batiniyah kita mencapai kebahagiaan.
2. TUJUAN DIDIRIKANNYA ORGANISASI NU (NAHDLATUL ULAMA).
- Nahdlatul Ulama bertujuan menegakkan ajaran Islam menurut faham Ahlussunnah Waljamaa'h dan menganut salah satu dari empat madzhab empat di tengah-tengah kehidupan mesyarakat, di bawah wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. NU (NAHDLATUL ULAMA) SEBELUM MENJADI ORGANISASI.
- Awal kelahiran organisasi kaum pesantren yang dibidani oleh KH Wahab Hasbullah yang mana oraganisasi ini sebagai jam'iyah diniyah ijtima'iyah yang diawali dengan munculnya beragam organisasi kemasyarakan. dalam hal ini Nahdlatul Ulama terbentuk dari tiang penyangga mulai dari awal yaitu Nahdlatul Wathan, Nahdlatul Tujjar, dan Tashwirul Afkar.
- Awal berdirinya Nahdlatul Wathan ini yaitu pada tahun 1916 yang mana berdirianya Nahdlatul wathan ini sebagai modal awal dalam mengorganisasikan kelompok Ahlussunnah Waljamaah dalam agendanya yaitu politik kebangsaan.
- Kemudian pada tahun 1918 KH. Wahab Hasbullah memprakarsai akan adanya sebuah organisasi baru yang bergerak pada sektor ekonomi dengna didirikan sebuah koperasi dagang atau koperasi pedagang dengan dikenal namanya Nahdlatul Tujjar.
- Disamping kedua organisasi ini beliau KH Wahab Hasbullah bersama-sama dengan KH. Ahmad Dahlan seorang Ulama terkenal dari daerah Kebondalem Surabaya dan juga bersama Kyai Mas Mansur mendirikan sebuah Organisasi yang pada dasarnya masih mengedepankan akan pentingnya sebuah pendidikan yang mana dikemas dengan sedemikian rupa dengan perpaduan model pendidikan Klasikal akan tetapi pada awalnya organisasi ini adalah sebagai Forum curah pendapat serta transaksi gagasan, baik menyangkut persoalan keagamaan, kebangsaan, dan perkembangan Internasional. yang dinamakan dengan Tashwirul Afkar.
- Dari ketiga organisasi inilah berdiri sebuah Organisasi Sosial keagamaan yang dinamakan Nahdlatul Ulama. sebuah Organisasi dengan warga terbesar pertama dinegeri ini dengan deklarasi awalnya jam'iyyah diniyyah ijtima'iyah dan juga organisasi sosial keagamaan.
- Lahirnya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai Jam’iyah dilatarbelakangi oleh dua faktor dominan. Pertama, munculnya kekhawatiran terhadap fenomena gerakan Islam modernis yang bertendensi mengikis identitas kultural dan paham keagamaan Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) yang telah hidup dan dipertahankan selama ratusan tahun. Kedua, sebagai respons terhadap pertarungan ideologis yang terjadi di dunia Islam pasca penghapusan kekhalifahan Turki Utsmani, munculnya gerakan Pan-Islamisme yang dipelopori oleh Jamaluddin AlAfghani dan gerakan Wahabi di Hijaz.
4. NU (NAHDLATUL ULAMA) MENJADI ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAN DAN KEMASYARAKATAN SEMENJAK DIDIRIKAN SAMPAI SEKARANG.
- NU (Nahdlatul Ulama) Berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 H di Kota Surabaya - Jawa Timur - Indonesia, yang sampai sekarang NU mempunyai Gedung Pusat di Jakarta (PBNU) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
- Dari semenjak didirikannya NU Hingga Akhir Tahun 2009 Jaringan organisasi NU meliputu: 33 Wilayah di Indonesia, 457 Cabang, 4.630 Majlis Wakil Cabang, 47.125 Ranting, dan PBNU Sudah Punya 14 Cabang Istimewa di Luar Negeri, Secara khusus PCINU (Pengurs Cabang Istimewa) nanti akan kita bahas, karena PCINU semakin berkembang di Luar negeri.
- NU Resmi berbadan hukum pertama kali, pada tanggal 6 Pebruari 1930 M, yang kemudian diperbaharui pada tahun 1989 M, berdasarkan keputusan Menteri Kehakiman RI No. C2-7028. HT.01.05.TH89.
- Setelah NU berdiri dan dapat legalitas resmi dari pemerintah Republik Indonesia, NU semakin bergerak dalam bidang sosial keagamaan, kemasyarakatan, pendidikan dan perekonomian dan hal tersebut dilakukan oleh NU sampai sekarang ini.
- Karena perpolitikan yang sangat kacau saat itu, maka NU terlibat di Organisasi MASYUMI (Majlis Syuro Muslimin Indonesia) yang merupakan federasi dari golongan dan partai Islam terbesar di Indonesia di awal kemerdekaan tahun 1945, rupanya memiliki friksi perpecahan di tubuhnya. Salah satunya adalah Nampak bahwa kepentingan golongan lebih diutamakan dibandingkan persatuan organisasi, terutama ketika menghadapi daya tarik posisi politik formal di alam negara. Akhirnya NU keluar dari Masyumi, karena NU tidak dapat untung sama sekali jika gabung sama Masyumi saat itu.
- Keputusan keluarnya NU dari MASYUMI dinyatakan dengan resmi pada kongres NU bulan Mei tahun 1952 di Kota Palembang.
- Terjadi keluarnya NU dari MASYUMI disebabkan beberapa sebab salah satunya adalah Pimpinan pusat Masyumi dinilai telah didominasi oleh kelompok Modernis.
- Setelah NU keluar dari Masyumi, NU sempat menyatakan diri sebagai Partai Politik yang saat itu konon cerita dipimpin langsung oleh KH. Wahab Hasbullah, bahkan beliau mengatakan kalau gak ada yang mau, maka saya yang akan mimpin sendiri untuk menjadi partai politik saat itu, karena Perpolitikan saat itu sangat kejam sekali.
- NU sudah belajar banyak tentang perpolitkan di Indonesia, baru ketika masa orde baru, Akhirnya NU kembali lagi menyatakan diri sebagai organisasi kemasyarakatan sampai sekarang ini, yang saat ini kita kenal dengan istilah NU kembali ke KHITTAH 1926.
- Khittah NU 1926 yang digulirkan lagi dalam Muktamar ke-27 NU tahun 1984 di Situbondo itu selama ini memang menjadi ganjalan buat para kiai yang ingin terjun membenahi dunia perpolitikan yang sudah sangat sarat dengan kepentingan sesaat dan sudah tidak mengindahkan prinsip moralitas dan idealisme, bahkan idiom agama digunakan untuk sebuah kepentingan meraih target kekuasaan. Tidak sedikit para kiai yang canggung atau mungkin setengah hati menggeluti dunia politik karena adanya kekhawatiran dengan keterlibatan secara intens di dunia politik, berarti telah melanggar Khittah NU.
- Padahal jika kita menggunakan pendekatan kesejarahan, atau latar sosio-historis munculnya "teks Khittah NU" pada tahun 1984 itu, kita akan segera tahu sesungguhnya teks Khittah NU itu bukan bermakna lari dari politik tetapi sebetulnya sejenis "siasat politik kiai untuk mendapatkan akses kekuasaan (kembali)". (lihat di website Nu online, tulisan Rois Syuriyah Jawa Timur KH.Miftachul Akhyar tentang Ktittah NU 1926: sebuah tafsir pemahaman).
- Setelah NU resmi menyatakan kembali memilih sebagai Organisasi Keagamaan, Kemasyarakatan, akhirnya NU memaksimalkan bergerak dibidang Sosial keagamaan, kemasyarakatan, pendidikan, perekonomian.
- Konsekwensi NU memilih kembali ke KHITTAH 1926, maka NU memilih jarak sosial yang netral dengan kekuatan politik dan pemerintah. NU menempatkan diri sebagai organisasi keagamaan yang mandiri dan independen. NU memiliki sikap politik ada di mana – mana tetapi tidak ke mana – mana. Artinya NU mempersilahkan warganya memilih dan menyalurkan aspirasi politiknya kepada parpol manapun, atau memilih jalur profesi apapun, yang penting mereka selalu sadar bahwa dirinya sebagai warga nahdliyin.
- Tapi saat ini tidak sedikit warga NU yang masuk partai politik. dan gak mau kembali lagi ngurusi NU, malah musuhi NU, meremehkan NU, bahkan mereka dijadikan pengurus partai tersebut. mereka masuk partai politik yang mengatakan dirinya partai Islam/partai dakwa, dan partai tersebut mendoktrin warga NU jadi kelompok mereka yang militan, yang mana militannya melebihi saat dia jadi Anggota NU. Contohnya ada di Sudan dan dibeberapa negara Timur tengah.
- Dalam hal tertentu NU bisa bersikap tawaquf atau mendukung kebijakan pemerintah, namun dalam hal lain NU bersikap kritis terhadap setiap kebijakan yang dianggap tidak sejalan dengan visi kebangsaan yang telah dirumuskan bersama.
5. NU (NAHDLATUL ULAMA) GO-INTERNASIONAL .
- Tidak heran kalau NU sampai Go-Internasioanl sebab Pemikiran NU sangat diterima di dunia Interasional, dan NU adalah ormas Islam yang berciri moderat maka dari itu NU sangat dibutuhkan oleh negara yang sedang menghadapi ancaman terorisme.
- NU sebagai cermin bangsa Indonesia khususnya umat Islam, sehingga untuk melihat dinamka Islam Nusantara bahkan Islam non Arab, NU yang sering dijadikan sebagai tolak ukur. Banyak Ulama Internasional yang selama ini belajar dari NU. Mereka mengikuti paham keagamaan yang dirumuskan oleh NU yang cukup berbeda dengan yang ada di Arab. Justru ini menarik untuk mereka pelajari bahkan mulai mereka terapkan di negara mereka masing-masing, yang selama ini para santri dan ulama kita yang belajar ke sana.
- Hal itu lebih tegas terlihat ketika para ulama di berbagai belahan dunia Timur tengah, baik di Sudan, Maroko, Libanon, Syria dan sebagainya yang ingin bergabung dengan NU, padahal mereka itu beragam aliran, ada Sunni dan ada yang Syi'i.
- NU dikenal di dunia Internasioal semenjak PBNU dipimpin "Gus Dur" (Presiden RI ke-4 yang juga Ketua Umum PBNU periode 1984-1999). Dan setelah itu diteruskan oleh Ketua Umum PBNU KH.A.Hasyim Muzadi dengan program ICIS (International Conference of Islamic scholars) yang mengenalkan Islam Rahmatan Lil 'Alamin, dalam Acara tersebut ICIS mengundang para Ulama, Ilmuwan dan Cendekiawan muslim seluruh dunia, yang diadakan tiga kali di Ibu kota Jakarta-Indonesia.
- Pada Muktamar NU ke-30 tahun 1999 di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri-Jawa Timur, muncul sebuah pemikiran mendirikan Cabang NU di Luar negeri yang diberi nama PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama).
- Saat musim haji tahun 2010 PCI-NU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) mengadakan acara "silaturrahmi Internasional ke-11 NU Luar negeri" di makkah, yang dihadiri oleh 14 Cabang Istimewa yang ada di luar negeri. Tetapi sekarang PBNU sudah punya 19 Cabang Istimewa di Luar Negeri baik di Timur tengah, Afrika, Asia dan Barat, sebagaimana berikut: (PCINU Amerika, PCINU Asutralia, PCINU Inggris, PCINU Yaman, PCINU Libanon, PCINU Syria, PCINU Mesir, PCINU Taiwan, PCINU Malaysia, PCINU Jepang, PCINU Pakistan, PCINU Libya, PCINU Mesir, PCINU Yordania, PCINU Rusia, PCINU Belanda, PCINU Jerman, PCINU Arab Saudi, PCINU Sudan).
6. PCI-NU SUDAN (PENGURUS CABANG ISTIMEWA NAHDLATUL ULAMA SUDAN). LEGALITAS, SEJARAH BERDIRINYA DAN MEMBUMIKAN NU DI SUDAN.
- NU Khartoum Sudan didirikan di Masjid agung Khartoum Sudan pada tanggal 6 April 2000 M/ 1 Muharrom 1420 H. dengan dikomandani oleh Bapak DR.H.Ahmad Sayuti Anshori Nasution, MA sebagai Rois Syuriah dan bapak H. Muhammad Sangid, MA sebagai Ketua Tanfidziah, periode Awal tahun 2000-2001.
- Pada tanggal 23 Januari 2002, bertempat di Wisma Duta Besar RI Khartoum Sudan, NU Sudan diresmikan menjadi PCI-NU SUDAN, yang mana saat itu Ketua Umum PBNU KH. Ahmad Hasyim Muzadi dan beberapa pengurus PBNU berkunjung ke Sudan dan meresmikan berdirinya PCI-NU SUDAN, dengan disaksikan langsung oleh Prof.Dr. KH. Said Agil Munawar, MA (Katib 'Aam PBNU yang juga menjabat sebagai Menteri Agama).
- Setelah NU Sudan diresmikan menjadi PCI-NU SUDAN, kemudian pada tanggal 23 September 2007, Alhamdulillah PCI-NU SUDAN mendapat pengakuan resmi dan terdaftar di bawah perlindungan Kementerian Irsyad dan Wakaf Sudan. Pada periode ini PCI-NU SUDAN dipimpin oleh Bapak H. Muhammad Amiruddin, MA sebagai Rois Syuriah dan Bapak H. Mirwan Akhmad Taufiq, BA sebagai ketua Tanfidziah.
- Berdirinya PCI-NU SUDAN tidak lepas dari kebutuhan untuk belajar berorganisasi, berdakwa dan bermasyarakat. Meskipun banyak tantangan dan rintangan, baik dari dalam dan dari luar, bahkan saat itu ada sebagian kelompok yang menginginkan agar NU tidak berdiri di Sudan, Tapi Alhamdulillah berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT, PCI-NU SUDAN tetap eksis sampai sekarang.
- Dalam perjalanan sejarahnya, saat ini PCI-NU SUDAN telah masuk pada periode kesembilan.
- Kemudian tujuan didirikannya Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Khartoum Sudan tidak lepas dari tujuan yang ditetapkan oleh Muktamar NU ke-30 tahun 1999 di PP. lirboyo Kediri- Jawa Timur (Bab IV pasal 5 & 6). Namun secara spesifik PCINU SUDAN dibentuk dalam rangka mensukseskan program "Go-Internasional" yang diantara tujuannya bertujuan meningkatkan kualitas intelektual kader, mempersiapkan calon-calon ulama yang berwawasan luas, menjalin silaturrahmi " Ukhuwah Nahdliyah " (Ukhuwah Islamiyah, Wathoniyah, Basyariyah) dengan organisasi-organisasi Islam dan organisasi Internasional yang ada, meningkatkan kualitas hidup Nahdliyin khususnya, Masyarakat pada umumnya.
- Dan Secara garis besar tujuan PCINU SUDAN periode Tahun ini adalah merealisasikan visi dan misinya yang dalam hal ini mempunyai visi: "Mencetak kader ulama yang berkualitas Internasioanal". Dan merealisasikan misi: "Menjadikan NU sebagai Organisasi yang bermanfaat bagi seluruh alam (Rahmatan lil 'Alamin)".
- Adapun Visi dan Misi tersebut ditunjang dengan motto: " Memaksimalkan khidmah dan Membumikan NU di Sudan dengan semangat Intelektual Ulama".
- Alhamdulillah sudah terbukti PCI-SUDAN telah membumikan NU di negara Sudan ini, dengan adanya para MUSTASYAR PCI-NU SUDAN dari orang sudan yang jumlahnya tujuh orang, mereka dari berbagai bidang, ada yang dari Masyayikh Toriqoh, Ulama,Pengusaha, Dokter, Rektor dan Dekan yang ada di berbagai kampus di Sudan.
- Kantor/Wisma NU Sudan Semenjak NU didirikan sampai sekarang sangat bermanfaat sekali, terbukti dipakai kegiatan sosial keagamaan, kemasyarakatan, pengajian untuk WNI yang ada di sudan, dan juga untuk warga NU khususnya, baik dipakai kegiatan diskusi, Ngaji kitab, membaca Do'a-do'a, membaca buku maulid Nabi Muhammad SAW, Khatmil Qur'an.
- Dalam hal tertentu PCI-NU SUDAN bisa bersikap tawaquf atau mendukung kebijakan pemerintah dalam hal ini KBRI, namun dalam hal lain PCI-NU SUDAN bersikap kritis terhadap setiap kebijakan yang dianggap tidak sejalan dengan visi kebangsaan yang telah dirumuskan bersama.
7. PERANGKAT ORGANISASI PCI-NU SUDAN.
- Saat ini PCI-NU SUDAN mempunyai 3 Lembaga, 1 Lajnah dan 1 badan Otonom.
- 3 lembaga yang ada di PCI-NU SUDAN yaitu Lembaga Dakwa, Lembaga Kajian dan pengembangan sumber daya manusia dan Lembaga Perekonomian.
- 1 lajnah yang ada di PCI-NU SUDAN yaitu Lajnah Ta'lif Wa Nasyr.
- 1 Badan Otonom yang ada di PCI-NU SUDAN yaitu Muslimat NU.
- Mereka punya fungsi masing-masing dalam menjalankan Program PCI-NU SUDAN.
8. Beberapa keberhasilan PCI-NU SUDAN.
- Menjalin hubungan dengan Kementerian Irsyad dan Wakaf Sudan, akhirnya PC-NU SUDAN dapat LEGALITAS.
- Menghubungkan PBNU dengan Pemerintah Sudan, Terbukti dengan mengundang KH. Ahmad Hasyim Muzadi ( Ketua Umum PBNU) dalam acara " Simposium Menghadapi Problematika Dakwa Islam di Sudan " dalam acara pembukaan Simposium tersebut Ketua Umum PBNU disandingkan dengan Presiden Sudan dan juga diberi kesempatan untuk menyampaikan sambutan atas nama PBNU. Kehadiran Ketua Umu PBNU ke Sudan bersama Perusahaan Supreme Energy. Dalam kesempatan ini PBNU diberi salah satu Blok Minyak yang ada di Sudan.
- Aktif dalam kegiatan nasional (Sudan) dan Internasional yang telah diadakan oleh Majlis A'la Liddakwa Al-Islamiyah Sudan.
- Aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh WAFIDIN.
- Mengusahakan beasiswa bagi warga NU di Universitas Al-Quran.
- Lembaga Persahabatan Indonesia – Sudan. Dalam hal ini PCI-NU SUDAN dipercaya untuk menjalankan dua proyek penting yang pertama : Pengajaran Bahasa Indonesia kepada penduduk Sudan, Yang kedua : Penerjemahan buku-buku Indonesia kedalam bahasa Arab, dari karya Syekh Syurkati (Muballigh Sudan sekaligus tokoh pendiri Jam'iyah Al-Irsyad di Indonesia).
- Menjalin hubungan dengan Dewan Zakat Sudan.
- Menjalin hubungan dengan Al-Majlis Al-Qoumiy li Ad-Dzikri Wa-Dzakirin, Dan Kegiatan NU dimuat dalam majalah AL-FAYD milik Al-Majlis Al-Qoumiy li Ad-Dzikri Wa-Dzakirin, yang disebarkan ke beberapa negara Arab.
- Menjalin hubungan dengan Bank Tadamon Sudan.
- Menjalin hubungan dengan Radio resmi milik pemerintah Sudan, dalam hal ini PCI-NU SUDAN berkesempatan memperkenalkan visi dan misinya sekaligus menampilkan kesenian REBANA dari tim JSQ (Jam'iyah Syifa'ul qulub) melalui siaran radio pemerintah Sudan.
- Menjalin hubungan dengan Masyarakat Sudan, Orang-orang asing yang ada di Sudan, Para Ulama, para Masyayikh Toriqoh dan Para Rektor yang ada di Universitas Sudan.
- Menjalin hubungan dengan Pengusaha Sudan DR. Al-Fatih Ali Hasanain yang mendapat Lencana dari Presiden Sudan, seorang tokoh Sufi yang masih produktif dalam menulis sekaligus mantan aktifis Persatuan Pelajar Islam di Eropa Timur.
- Menjalin hubungan dengan (DR. Hamd Umar hawy) Pakar politik sekaligus Dekan Fakultas Ilmu politik Universitas Juba – Khartoum – Sudan. Beliau punya buku yang berjudul : Corak Negara Islam antara Sekuler dan Teokrasi.
- Merintis peluang program beasiswa bagi para pelajar Indonesia yang berminat meneruskan belajar dengan sistem non formal dibeberapa pondok pesantren (Kholwa) di Sudan.
- Mengusulkan kepada pihak Al-Majlis Al-Qoumiy li Ad-Dzikri Wa-Dzakirin agar bekerja sama dengan PBNU untuk menyelenggarakan " Muktamar Toriqoh Internasional " dan usulan ini mendapat sambutan baik.
- Merintis Pengajian Untuk Masyrarakat Indonesia yang ada di Sudan yang saat ini kita kenal dengan pengajian AL-HIJRAH.
- Membentuk Lajnah Bahsul masail.
- Merawat Pengajian yang dikhususkan untuk Para Pekerja Profesional di Sudan yang saat ini kita kenal dengan pengajian RIYADUL MUHIBBIN.
- Melaksanakan diskusi Ilmiah dan kontemporer dwimingguan di Wisma PCI-NU SUDAN.
- Menerjemahkan sejarah singkat sekaligus proposal NU Sudan ke dalam Bahasa Arab dan Inggris.
- Membuat Buku Profil dalam tiga bahasa yaitu: Bahasa Indonesia, Arab dan Inggris.
- Membuat/Membentuk Panitia Haji dan Panitia Ihya' Ramadlan.
9. PENGURUS PCI-NU SUDAN DARI AWAL BERDIRINYA SAMPAI SEKARANG.
- Dr. H. Ahmad Sayuti Anshori Nasution dan H. Ahmad Sangid,MA(2000-2001)
- Dr. H. Syuhada' Sholeh dan H. Hafidz Muhammad amin, MA (2001-2002)
- H. Muhammad Shofwan, MA dan H. Lathoif Ghozali, MA (2002-2003)
- Dr. M. Badrus Salam, MA dan H. Muhammad Afifullah, MA (2003-2004)
- Dr. M. Badrus Salam, MA dan H.M. Iqbal Luthfi, BS (2004-2005)
- H. Muhammad Afifullah, MA dan H. Hilmy As-shidiqie (2005-2006)
- H. Muhammad Afifullah, MA dan H. Muhammad Shohib Rifa'i (2006-2007)
- H. Muhammad Amiruddin, MA dan H. Mirwan Akhmad Taufiq,BA (2007-2008)
- H. Muhammad Amiruddin, MA dan H. Abdul Wahab Naf'an, BA (2008-2010)
- H. Muhammad Shohib Rifa'i, MA dan H. Abdussalam, BS (2010-2011)
- NU adalah Singkatan dari Nahdlatul Ulama.
- NU adalah organisasi keagamaan sekaligus organisasi kemasyarakatan terbesar dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia, mempunyai makna penting dan ikut menentukan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, NU lahir dan berkembang dengan corak dan kulturnya sendiri. Sebagai organisasi berwatak keagamaan Ahlussunnah Wal Jama'ah, maka NU menampilkan sikap akomodatif terhadap berbagai madzhab keagamaan yang ada di sekitarnya. NU tidak pernah berfikir menyatukan apalagi menghilangkan mazdhab-mazdhab keagamaan yang ada. Dan sebagai organisasi kemasyarakatan, NU menampilkan sikap toleransi terhadap nilai-nilai lokal. NU berakulturasi dan berinteraksi positif dengan tradisi dan budaya masyarakat lokal. Dengan demikian NU memiliki wawasan multikultural, dalam arti kebijakan sosialnya bukan melindungi tradisi atau budaya setempat, tetapi mengakui manifestasi tradisi dan budaya setempat yang memiliki hak hidup di Republik Indonesia tercinta ini. Sikap ini sesuai dengan inti faham keislaman NU yang sejalan dengan hadis Nabi Muhammad SAW : Al-hikmatu dlaallatul mu'min, fahaitsu wajadaha fahuwa ahaqqu biha. Hikmah atau nilai-nilai positif untuk umat Islam, darimanapun asalnya ambillah karena itu miliknya umat Islam. Proses akulturasi tersebut telah menampilkan wajah Islam yang berkeindonesiaan, wajah yang ramah terhadap nilai budaya lokal dan terbuka dengan nilai-nilai universal yang positif. NU juga menghargai perbedaan agama, tradisi, dan kepercayaan, yang merupakan yang merupakan warisan budaya Nusantara. Sikap yang demikian inilah yang memudahkan NU diterima di semua lapisan masyarakat di seluruh kepulauan Nusantara. (Lihat di buku hasil-hasil muktamar NU, Pidato Rais Aam PBNU KH. A.M. Sahal Mahfudz Pada Pembukan Muktamar ke-32).
- Dalam faham keagamaan, NU menganut Ahlussunnah Waljama'ah, sebuah pola nalar dalam Islam yang merujuk kepada al-qr'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, serta Sunnah al-khulafa' ar-Rasyidun. Cara berfikir semacam itu dirujuk dari Ulama terdahulu, seperti Abu Hasan Al- Asyari dan Abu Mansur Al-maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fiqih mengikuti empat madzhab: Hanafi, Maliki, Syafi'I, dan Hambali. Sementara dalam bidang tasawuf, NU mengembangkan metode Al-Ghozali dan Junaidi Al- Bagdadi, yang menginterasikan antara tasawuf dengan syariat.
- Dalam bermasyarakat, NU mempunyai empat sikap kemasyarakatan, yang pertama: Tawasuth dan I'tidal. Tawasuth, yaitu sikap moderat yang berpijak pada prinsip menempatkan diri di tengah-tengah antara dua ujung tatharruf (ekstremisme) dalam berbagai masalah dan keadaan, untuk mencapai kebenaran serta keterlanjuran ke kiri atau ke kanan secara berlebihan. I'tidal berarti tegak lurus, berlaku adil, tidak berpihak kecuali kepada yang benar dan yang harus dibela. Kedua: Tasamuh, yaitu sikap toleran yang berintikan penghargaan terhadap perbedaan pandangan dan kemajemukan identitas budaya masyarakat. Ketiga: Tawazun, sikap seimbang dalam berkhidmat demi terciptanya keserasian hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Keempat: Amar ma'ruf nahi munkar, yaitu dua sendi yang mutlak diperlukan untuk menopang tata kehidupan yang diridloi Allah. Amar ma'ruf artinya mengajak dan mendorong perbuatan baik, baik yang bermanfaat bagi kehidupan duniawi dan ukhrowi. Sedangkan nahi munkar artinya menolak dan mencegah segala hal yang dapat merugikan, merusak, merendahkan dan menjerumuskan nilai-nilai kehidupan. Hanya dengan melaksanakan dua gerakan ini (amar ma'ruf dan nahi munkar) kehidupan lahiriyah dan batiniyah kita mencapai kebahagiaan.
2. TUJUAN DIDIRIKANNYA ORGANISASI NU (NAHDLATUL ULAMA).
- Nahdlatul Ulama bertujuan menegakkan ajaran Islam menurut faham Ahlussunnah Waljamaa'h dan menganut salah satu dari empat madzhab empat di tengah-tengah kehidupan mesyarakat, di bawah wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. NU (NAHDLATUL ULAMA) SEBELUM MENJADI ORGANISASI.
- Awal kelahiran organisasi kaum pesantren yang dibidani oleh KH Wahab Hasbullah yang mana oraganisasi ini sebagai jam'iyah diniyah ijtima'iyah yang diawali dengan munculnya beragam organisasi kemasyarakan. dalam hal ini Nahdlatul Ulama terbentuk dari tiang penyangga mulai dari awal yaitu Nahdlatul Wathan, Nahdlatul Tujjar, dan Tashwirul Afkar.
- Awal berdirinya Nahdlatul Wathan ini yaitu pada tahun 1916 yang mana berdirianya Nahdlatul wathan ini sebagai modal awal dalam mengorganisasikan kelompok Ahlussunnah Waljamaah dalam agendanya yaitu politik kebangsaan.
- Kemudian pada tahun 1918 KH. Wahab Hasbullah memprakarsai akan adanya sebuah organisasi baru yang bergerak pada sektor ekonomi dengna didirikan sebuah koperasi dagang atau koperasi pedagang dengan dikenal namanya Nahdlatul Tujjar.
- Disamping kedua organisasi ini beliau KH Wahab Hasbullah bersama-sama dengan KH. Ahmad Dahlan seorang Ulama terkenal dari daerah Kebondalem Surabaya dan juga bersama Kyai Mas Mansur mendirikan sebuah Organisasi yang pada dasarnya masih mengedepankan akan pentingnya sebuah pendidikan yang mana dikemas dengan sedemikian rupa dengan perpaduan model pendidikan Klasikal akan tetapi pada awalnya organisasi ini adalah sebagai Forum curah pendapat serta transaksi gagasan, baik menyangkut persoalan keagamaan, kebangsaan, dan perkembangan Internasional. yang dinamakan dengan Tashwirul Afkar.
- Dari ketiga organisasi inilah berdiri sebuah Organisasi Sosial keagamaan yang dinamakan Nahdlatul Ulama. sebuah Organisasi dengan warga terbesar pertama dinegeri ini dengan deklarasi awalnya jam'iyyah diniyyah ijtima'iyah dan juga organisasi sosial keagamaan.
- Lahirnya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai Jam’iyah dilatarbelakangi oleh dua faktor dominan. Pertama, munculnya kekhawatiran terhadap fenomena gerakan Islam modernis yang bertendensi mengikis identitas kultural dan paham keagamaan Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) yang telah hidup dan dipertahankan selama ratusan tahun. Kedua, sebagai respons terhadap pertarungan ideologis yang terjadi di dunia Islam pasca penghapusan kekhalifahan Turki Utsmani, munculnya gerakan Pan-Islamisme yang dipelopori oleh Jamaluddin AlAfghani dan gerakan Wahabi di Hijaz.
4. NU (NAHDLATUL ULAMA) MENJADI ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAN DAN KEMASYARAKATAN SEMENJAK DIDIRIKAN SAMPAI SEKARANG.
- NU (Nahdlatul Ulama) Berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 H di Kota Surabaya - Jawa Timur - Indonesia, yang sampai sekarang NU mempunyai Gedung Pusat di Jakarta (PBNU) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
- Dari semenjak didirikannya NU Hingga Akhir Tahun 2009 Jaringan organisasi NU meliputu: 33 Wilayah di Indonesia, 457 Cabang, 4.630 Majlis Wakil Cabang, 47.125 Ranting, dan PBNU Sudah Punya 14 Cabang Istimewa di Luar Negeri, Secara khusus PCINU (Pengurs Cabang Istimewa) nanti akan kita bahas, karena PCINU semakin berkembang di Luar negeri.
- NU Resmi berbadan hukum pertama kali, pada tanggal 6 Pebruari 1930 M, yang kemudian diperbaharui pada tahun 1989 M, berdasarkan keputusan Menteri Kehakiman RI No. C2-7028. HT.01.05.TH89.
- Setelah NU berdiri dan dapat legalitas resmi dari pemerintah Republik Indonesia, NU semakin bergerak dalam bidang sosial keagamaan, kemasyarakatan, pendidikan dan perekonomian dan hal tersebut dilakukan oleh NU sampai sekarang ini.
- Karena perpolitikan yang sangat kacau saat itu, maka NU terlibat di Organisasi MASYUMI (Majlis Syuro Muslimin Indonesia) yang merupakan federasi dari golongan dan partai Islam terbesar di Indonesia di awal kemerdekaan tahun 1945, rupanya memiliki friksi perpecahan di tubuhnya. Salah satunya adalah Nampak bahwa kepentingan golongan lebih diutamakan dibandingkan persatuan organisasi, terutama ketika menghadapi daya tarik posisi politik formal di alam negara. Akhirnya NU keluar dari Masyumi, karena NU tidak dapat untung sama sekali jika gabung sama Masyumi saat itu.
- Keputusan keluarnya NU dari MASYUMI dinyatakan dengan resmi pada kongres NU bulan Mei tahun 1952 di Kota Palembang.
- Terjadi keluarnya NU dari MASYUMI disebabkan beberapa sebab salah satunya adalah Pimpinan pusat Masyumi dinilai telah didominasi oleh kelompok Modernis.
- Setelah NU keluar dari Masyumi, NU sempat menyatakan diri sebagai Partai Politik yang saat itu konon cerita dipimpin langsung oleh KH. Wahab Hasbullah, bahkan beliau mengatakan kalau gak ada yang mau, maka saya yang akan mimpin sendiri untuk menjadi partai politik saat itu, karena Perpolitikan saat itu sangat kejam sekali.
- NU sudah belajar banyak tentang perpolitkan di Indonesia, baru ketika masa orde baru, Akhirnya NU kembali lagi menyatakan diri sebagai organisasi kemasyarakatan sampai sekarang ini, yang saat ini kita kenal dengan istilah NU kembali ke KHITTAH 1926.
- Khittah NU 1926 yang digulirkan lagi dalam Muktamar ke-27 NU tahun 1984 di Situbondo itu selama ini memang menjadi ganjalan buat para kiai yang ingin terjun membenahi dunia perpolitikan yang sudah sangat sarat dengan kepentingan sesaat dan sudah tidak mengindahkan prinsip moralitas dan idealisme, bahkan idiom agama digunakan untuk sebuah kepentingan meraih target kekuasaan. Tidak sedikit para kiai yang canggung atau mungkin setengah hati menggeluti dunia politik karena adanya kekhawatiran dengan keterlibatan secara intens di dunia politik, berarti telah melanggar Khittah NU.
- Padahal jika kita menggunakan pendekatan kesejarahan, atau latar sosio-historis munculnya "teks Khittah NU" pada tahun 1984 itu, kita akan segera tahu sesungguhnya teks Khittah NU itu bukan bermakna lari dari politik tetapi sebetulnya sejenis "siasat politik kiai untuk mendapatkan akses kekuasaan (kembali)". (lihat di website Nu online, tulisan Rois Syuriyah Jawa Timur KH.Miftachul Akhyar tentang Ktittah NU 1926: sebuah tafsir pemahaman).
- Setelah NU resmi menyatakan kembali memilih sebagai Organisasi Keagamaan, Kemasyarakatan, akhirnya NU memaksimalkan bergerak dibidang Sosial keagamaan, kemasyarakatan, pendidikan, perekonomian.
- Konsekwensi NU memilih kembali ke KHITTAH 1926, maka NU memilih jarak sosial yang netral dengan kekuatan politik dan pemerintah. NU menempatkan diri sebagai organisasi keagamaan yang mandiri dan independen. NU memiliki sikap politik ada di mana – mana tetapi tidak ke mana – mana. Artinya NU mempersilahkan warganya memilih dan menyalurkan aspirasi politiknya kepada parpol manapun, atau memilih jalur profesi apapun, yang penting mereka selalu sadar bahwa dirinya sebagai warga nahdliyin.
- Tapi saat ini tidak sedikit warga NU yang masuk partai politik. dan gak mau kembali lagi ngurusi NU, malah musuhi NU, meremehkan NU, bahkan mereka dijadikan pengurus partai tersebut. mereka masuk partai politik yang mengatakan dirinya partai Islam/partai dakwa, dan partai tersebut mendoktrin warga NU jadi kelompok mereka yang militan, yang mana militannya melebihi saat dia jadi Anggota NU. Contohnya ada di Sudan dan dibeberapa negara Timur tengah.
- Dalam hal tertentu NU bisa bersikap tawaquf atau mendukung kebijakan pemerintah, namun dalam hal lain NU bersikap kritis terhadap setiap kebijakan yang dianggap tidak sejalan dengan visi kebangsaan yang telah dirumuskan bersama.
5. NU (NAHDLATUL ULAMA) GO-INTERNASIONAL .
- Tidak heran kalau NU sampai Go-Internasioanl sebab Pemikiran NU sangat diterima di dunia Interasional, dan NU adalah ormas Islam yang berciri moderat maka dari itu NU sangat dibutuhkan oleh negara yang sedang menghadapi ancaman terorisme.
- NU sebagai cermin bangsa Indonesia khususnya umat Islam, sehingga untuk melihat dinamka Islam Nusantara bahkan Islam non Arab, NU yang sering dijadikan sebagai tolak ukur. Banyak Ulama Internasional yang selama ini belajar dari NU. Mereka mengikuti paham keagamaan yang dirumuskan oleh NU yang cukup berbeda dengan yang ada di Arab. Justru ini menarik untuk mereka pelajari bahkan mulai mereka terapkan di negara mereka masing-masing, yang selama ini para santri dan ulama kita yang belajar ke sana.
- Hal itu lebih tegas terlihat ketika para ulama di berbagai belahan dunia Timur tengah, baik di Sudan, Maroko, Libanon, Syria dan sebagainya yang ingin bergabung dengan NU, padahal mereka itu beragam aliran, ada Sunni dan ada yang Syi'i.
- NU dikenal di dunia Internasioal semenjak PBNU dipimpin "Gus Dur" (Presiden RI ke-4 yang juga Ketua Umum PBNU periode 1984-1999). Dan setelah itu diteruskan oleh Ketua Umum PBNU KH.A.Hasyim Muzadi dengan program ICIS (International Conference of Islamic scholars) yang mengenalkan Islam Rahmatan Lil 'Alamin, dalam Acara tersebut ICIS mengundang para Ulama, Ilmuwan dan Cendekiawan muslim seluruh dunia, yang diadakan tiga kali di Ibu kota Jakarta-Indonesia.
- Pada Muktamar NU ke-30 tahun 1999 di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri-Jawa Timur, muncul sebuah pemikiran mendirikan Cabang NU di Luar negeri yang diberi nama PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama).
- Saat musim haji tahun 2010 PCI-NU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) mengadakan acara "silaturrahmi Internasional ke-11 NU Luar negeri" di makkah, yang dihadiri oleh 14 Cabang Istimewa yang ada di luar negeri. Tetapi sekarang PBNU sudah punya 19 Cabang Istimewa di Luar Negeri baik di Timur tengah, Afrika, Asia dan Barat, sebagaimana berikut: (PCINU Amerika, PCINU Asutralia, PCINU Inggris, PCINU Yaman, PCINU Libanon, PCINU Syria, PCINU Mesir, PCINU Taiwan, PCINU Malaysia, PCINU Jepang, PCINU Pakistan, PCINU Libya, PCINU Mesir, PCINU Yordania, PCINU Rusia, PCINU Belanda, PCINU Jerman, PCINU Arab Saudi, PCINU Sudan).
6. PCI-NU SUDAN (PENGURUS CABANG ISTIMEWA NAHDLATUL ULAMA SUDAN). LEGALITAS, SEJARAH BERDIRINYA DAN MEMBUMIKAN NU DI SUDAN.
- NU Khartoum Sudan didirikan di Masjid agung Khartoum Sudan pada tanggal 6 April 2000 M/ 1 Muharrom 1420 H. dengan dikomandani oleh Bapak DR.H.Ahmad Sayuti Anshori Nasution, MA sebagai Rois Syuriah dan bapak H. Muhammad Sangid, MA sebagai Ketua Tanfidziah, periode Awal tahun 2000-2001.
- Pada tanggal 23 Januari 2002, bertempat di Wisma Duta Besar RI Khartoum Sudan, NU Sudan diresmikan menjadi PCI-NU SUDAN, yang mana saat itu Ketua Umum PBNU KH. Ahmad Hasyim Muzadi dan beberapa pengurus PBNU berkunjung ke Sudan dan meresmikan berdirinya PCI-NU SUDAN, dengan disaksikan langsung oleh Prof.Dr. KH. Said Agil Munawar, MA (Katib 'Aam PBNU yang juga menjabat sebagai Menteri Agama).
- Setelah NU Sudan diresmikan menjadi PCI-NU SUDAN, kemudian pada tanggal 23 September 2007, Alhamdulillah PCI-NU SUDAN mendapat pengakuan resmi dan terdaftar di bawah perlindungan Kementerian Irsyad dan Wakaf Sudan. Pada periode ini PCI-NU SUDAN dipimpin oleh Bapak H. Muhammad Amiruddin, MA sebagai Rois Syuriah dan Bapak H. Mirwan Akhmad Taufiq, BA sebagai ketua Tanfidziah.
- Berdirinya PCI-NU SUDAN tidak lepas dari kebutuhan untuk belajar berorganisasi, berdakwa dan bermasyarakat. Meskipun banyak tantangan dan rintangan, baik dari dalam dan dari luar, bahkan saat itu ada sebagian kelompok yang menginginkan agar NU tidak berdiri di Sudan, Tapi Alhamdulillah berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT, PCI-NU SUDAN tetap eksis sampai sekarang.
- Dalam perjalanan sejarahnya, saat ini PCI-NU SUDAN telah masuk pada periode kesembilan.
- Kemudian tujuan didirikannya Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Khartoum Sudan tidak lepas dari tujuan yang ditetapkan oleh Muktamar NU ke-30 tahun 1999 di PP. lirboyo Kediri- Jawa Timur (Bab IV pasal 5 & 6). Namun secara spesifik PCINU SUDAN dibentuk dalam rangka mensukseskan program "Go-Internasional" yang diantara tujuannya bertujuan meningkatkan kualitas intelektual kader, mempersiapkan calon-calon ulama yang berwawasan luas, menjalin silaturrahmi " Ukhuwah Nahdliyah " (Ukhuwah Islamiyah, Wathoniyah, Basyariyah) dengan organisasi-organisasi Islam dan organisasi Internasional yang ada, meningkatkan kualitas hidup Nahdliyin khususnya, Masyarakat pada umumnya.
- Dan Secara garis besar tujuan PCINU SUDAN periode Tahun ini adalah merealisasikan visi dan misinya yang dalam hal ini mempunyai visi: "Mencetak kader ulama yang berkualitas Internasioanal". Dan merealisasikan misi: "Menjadikan NU sebagai Organisasi yang bermanfaat bagi seluruh alam (Rahmatan lil 'Alamin)".
- Adapun Visi dan Misi tersebut ditunjang dengan motto: " Memaksimalkan khidmah dan Membumikan NU di Sudan dengan semangat Intelektual Ulama".
- Alhamdulillah sudah terbukti PCI-SUDAN telah membumikan NU di negara Sudan ini, dengan adanya para MUSTASYAR PCI-NU SUDAN dari orang sudan yang jumlahnya tujuh orang, mereka dari berbagai bidang, ada yang dari Masyayikh Toriqoh, Ulama,Pengusaha, Dokter, Rektor dan Dekan yang ada di berbagai kampus di Sudan.
- Kantor/Wisma NU Sudan Semenjak NU didirikan sampai sekarang sangat bermanfaat sekali, terbukti dipakai kegiatan sosial keagamaan, kemasyarakatan, pengajian untuk WNI yang ada di sudan, dan juga untuk warga NU khususnya, baik dipakai kegiatan diskusi, Ngaji kitab, membaca Do'a-do'a, membaca buku maulid Nabi Muhammad SAW, Khatmil Qur'an.
- Dalam hal tertentu PCI-NU SUDAN bisa bersikap tawaquf atau mendukung kebijakan pemerintah dalam hal ini KBRI, namun dalam hal lain PCI-NU SUDAN bersikap kritis terhadap setiap kebijakan yang dianggap tidak sejalan dengan visi kebangsaan yang telah dirumuskan bersama.
7. PERANGKAT ORGANISASI PCI-NU SUDAN.
- Saat ini PCI-NU SUDAN mempunyai 3 Lembaga, 1 Lajnah dan 1 badan Otonom.
- 3 lembaga yang ada di PCI-NU SUDAN yaitu Lembaga Dakwa, Lembaga Kajian dan pengembangan sumber daya manusia dan Lembaga Perekonomian.
- 1 lajnah yang ada di PCI-NU SUDAN yaitu Lajnah Ta'lif Wa Nasyr.
- 1 Badan Otonom yang ada di PCI-NU SUDAN yaitu Muslimat NU.
- Mereka punya fungsi masing-masing dalam menjalankan Program PCI-NU SUDAN.
8. Beberapa keberhasilan PCI-NU SUDAN.
- Menjalin hubungan dengan Kementerian Irsyad dan Wakaf Sudan, akhirnya PC-NU SUDAN dapat LEGALITAS.
- Menghubungkan PBNU dengan Pemerintah Sudan, Terbukti dengan mengundang KH. Ahmad Hasyim Muzadi ( Ketua Umum PBNU) dalam acara " Simposium Menghadapi Problematika Dakwa Islam di Sudan " dalam acara pembukaan Simposium tersebut Ketua Umum PBNU disandingkan dengan Presiden Sudan dan juga diberi kesempatan untuk menyampaikan sambutan atas nama PBNU. Kehadiran Ketua Umu PBNU ke Sudan bersama Perusahaan Supreme Energy. Dalam kesempatan ini PBNU diberi salah satu Blok Minyak yang ada di Sudan.
- Aktif dalam kegiatan nasional (Sudan) dan Internasional yang telah diadakan oleh Majlis A'la Liddakwa Al-Islamiyah Sudan.
- Aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh WAFIDIN.
- Mengusahakan beasiswa bagi warga NU di Universitas Al-Quran.
- Lembaga Persahabatan Indonesia – Sudan. Dalam hal ini PCI-NU SUDAN dipercaya untuk menjalankan dua proyek penting yang pertama : Pengajaran Bahasa Indonesia kepada penduduk Sudan, Yang kedua : Penerjemahan buku-buku Indonesia kedalam bahasa Arab, dari karya Syekh Syurkati (Muballigh Sudan sekaligus tokoh pendiri Jam'iyah Al-Irsyad di Indonesia).
- Menjalin hubungan dengan Dewan Zakat Sudan.
- Menjalin hubungan dengan Al-Majlis Al-Qoumiy li Ad-Dzikri Wa-Dzakirin, Dan Kegiatan NU dimuat dalam majalah AL-FAYD milik Al-Majlis Al-Qoumiy li Ad-Dzikri Wa-Dzakirin, yang disebarkan ke beberapa negara Arab.
- Menjalin hubungan dengan Bank Tadamon Sudan.
- Menjalin hubungan dengan Radio resmi milik pemerintah Sudan, dalam hal ini PCI-NU SUDAN berkesempatan memperkenalkan visi dan misinya sekaligus menampilkan kesenian REBANA dari tim JSQ (Jam'iyah Syifa'ul qulub) melalui siaran radio pemerintah Sudan.
- Menjalin hubungan dengan Masyarakat Sudan, Orang-orang asing yang ada di Sudan, Para Ulama, para Masyayikh Toriqoh dan Para Rektor yang ada di Universitas Sudan.
- Menjalin hubungan dengan Pengusaha Sudan DR. Al-Fatih Ali Hasanain yang mendapat Lencana dari Presiden Sudan, seorang tokoh Sufi yang masih produktif dalam menulis sekaligus mantan aktifis Persatuan Pelajar Islam di Eropa Timur.
- Menjalin hubungan dengan (DR. Hamd Umar hawy) Pakar politik sekaligus Dekan Fakultas Ilmu politik Universitas Juba – Khartoum – Sudan. Beliau punya buku yang berjudul : Corak Negara Islam antara Sekuler dan Teokrasi.
- Merintis peluang program beasiswa bagi para pelajar Indonesia yang berminat meneruskan belajar dengan sistem non formal dibeberapa pondok pesantren (Kholwa) di Sudan.
- Mengusulkan kepada pihak Al-Majlis Al-Qoumiy li Ad-Dzikri Wa-Dzakirin agar bekerja sama dengan PBNU untuk menyelenggarakan " Muktamar Toriqoh Internasional " dan usulan ini mendapat sambutan baik.
- Merintis Pengajian Untuk Masyrarakat Indonesia yang ada di Sudan yang saat ini kita kenal dengan pengajian AL-HIJRAH.
- Membentuk Lajnah Bahsul masail.
- Merawat Pengajian yang dikhususkan untuk Para Pekerja Profesional di Sudan yang saat ini kita kenal dengan pengajian RIYADUL MUHIBBIN.
- Melaksanakan diskusi Ilmiah dan kontemporer dwimingguan di Wisma PCI-NU SUDAN.
- Menerjemahkan sejarah singkat sekaligus proposal NU Sudan ke dalam Bahasa Arab dan Inggris.
- Membuat Buku Profil dalam tiga bahasa yaitu: Bahasa Indonesia, Arab dan Inggris.
- Membuat/Membentuk Panitia Haji dan Panitia Ihya' Ramadlan.
9. PENGURUS PCI-NU SUDAN DARI AWAL BERDIRINYA SAMPAI SEKARANG.
- Dr. H. Ahmad Sayuti Anshori Nasution dan H. Ahmad Sangid,MA(2000-2001)
- Dr. H. Syuhada' Sholeh dan H. Hafidz Muhammad amin, MA (2001-2002)
- H. Muhammad Shofwan, MA dan H. Lathoif Ghozali, MA (2002-2003)
- Dr. M. Badrus Salam, MA dan H. Muhammad Afifullah, MA (2003-2004)
- Dr. M. Badrus Salam, MA dan H.M. Iqbal Luthfi, BS (2004-2005)
- H. Muhammad Afifullah, MA dan H. Hilmy As-shidiqie (2005-2006)
- H. Muhammad Afifullah, MA dan H. Muhammad Shohib Rifa'i (2006-2007)
- H. Muhammad Amiruddin, MA dan H. Mirwan Akhmad Taufiq,BA (2007-2008)
- H. Muhammad Amiruddin, MA dan H. Abdul Wahab Naf'an, BA (2008-2010)
- H. Muhammad Shohib Rifa'i, MA dan H. Abdussalam, BS (2010-2011)
0 komentar:
Posting Komentar